Rabu, 27 April 2011

Beda Twitter dan Facebook? Mana yang lebih baik Facebook atau Twitter?


Twitter . . .

  Twitter merupakan microbloging alias kita bisa mengupdate status kita atau sharing tentang apa yang terjadi, yang kita alami dalam pesan singkat hanya dalam 160 karakter. Karena keterbatasan inilah, menjadikan Twitter unik. Karena kita bisa berbagi informasi dengan cepat namun dalam untaian kalimat yang singkat sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk kita bisa memahami isi pesan tersebut. Kelemahan Twitter adalah kurangnya dukungan untuk hal-hal selain berbagi pesan tersebut. Jadi di Twitter kita hanya bisa berbagi informasi/sharing info, meskipun tak menutup kemungkinan dengan software tambahan (third party) kita bisa memanfaatkan twitter untuk hal-hal yang lebih fun dan berguna.
Facebook . . .
Klw Facebook, kegiatan update status merupakan salah satu bagian dari Facebook (kalau di Twitter, update status merupakan bagian utama dan yang terpenting), selain mengupdate status di Facebook kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan lain mulai dari Chatting, sampai kepada main game. Dan perlu disadari, bahwa kini para Facebooker banyak yang memanfaatkan Facebook untuk menghabiskan waktunya dengan bermain game seperti Texas Holdem, Ninja Saga, sampai Mafia Wars dan FarmVille dan itu semua sangat sulit untuk kita dapatkan di Twitter.

Rabu, 20 April 2011

____Tak Pernah Berlalu____

Mungkin aku memang lemah...
Mungkin aku tak pernah punya lelah...
Saat ku terdiam menangisi kepergianmu...
Terus ku terpaku oleh harapan semu...

Sepertinya… t’lah cukup banyak kutulis bait -bait kata tentangmu...
T’lah cukup dalam hati ini kuiris...
Agar bisa kucoba lagi cinta yang baru...
Dengan ia yang mampu merasakannya...

Namun cinta untukmu terus bertahan...
Di sekeping sisa hati ini pun cinta untukmu kurasakan...
Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang...

Dirimu begitu berarti untukku & takkan pernah berlalu...
s'iring berlalunya waktu...

Tak Rela. . . .

Andaikan saja kau mau mengerti
Tentang perasaanku selama ini
Yang tak menginginkan kamu trus merasa
Hati dipenuhi rasa curiga
      Coba kau pahami keadaanku
      Ku hanya menguji kesabaranmu
      Ternyata kau tlah salah menilaiku
      Kau tinggalkanku untuk cinta yang baru
Sesungguhnya aku tak rela
Melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka
     Cukup puas kau buat diriku
     Merasakan cemburu
     Kembalilah padaku
Bukan ku menarik ulur hatimu
Salahkah jika ku mengharapkanmu
Ku tahu hatimu hanya untukku
Kau bersamanya pelarian semata
    Sesungguhnya aku tak rela
    Melihat kau dengannya
    Sungguh hati terluka

Jumat, 15 April 2011

Tom & Jerry

Tom and Jerry adalah sebuah serial animasi Amerika Serikat hasil produksi MGM yang bercerita tentang sepasang kucing (Tom) dan tikus (Jerry) yang selalu bertengkar. Seri animasi ini adalah pemenang Academy Award (Piala Oscar) dan membentuk dasar dari seri sukses studio Metro-Goldwyn-Mayer (MGM). Cerita pendek mereka ini diciptakan, ditulis dan disutradarai oleh dua orang animator bernama William Hanna dan Joseph Barbera (mereka kemudain terkenal sebagai Hanna-Barbera). Seri animasi ini diproduksi oleh MGM Cartoon Studio di Hollywood pada tahun 1940 hingga 1957 saat unit animasi studio tersebut ditutup. Pada tahun 1960, MGM mempekerjakan Rembrandt Films (pimpinan Gene Deitch) di Eropa Timur untuk memproduksi seri Tom and Jerry ini.





Alur Cerita.......

        Alur cerita dalam setiap cerita pendek biasanya berpusat pada usaha-usaha mustahil Tom untuk menangkap Jerry, disertai dengan berbagai konflik fisik dan kerusakan materi. Mereka kadang-kadang terlihat dapat hidup damai berdampingan di beberapa episode (setidaknya dalam menit-menit pertama), jadi kadang-kadang tidak jelas mengapa Tom begitu bernafsunya mengejar Jerry. Beberapa alasannya mungkin adalah perseteruan abadi kucing dan tikus, tugas yang diberikan oleh pemilik rumah, balas dendam, dan kompetisi melawan kucing lainnya. Tom jarang sekali sukses menangkap Jerry, terutama disebabkan oleh kepandaian dan kelincahan Jerry serta kebodohan Tom sendiri. Tom biasanya mengalahkan Jerry ketika sang tikus menjadi penyebab masalah atau ketika Jerry telah bertindak keterlaluan.



******Cerita pendek mereka terkenal dengan lelucon yang paling sadis yang pernah ditampilkan dalam film animasi: Jerry memotong tubuh Tom menjadi dua, Jerry memasukkan ekor Tom kejendela, Jerry menjepit kepala Tom dengan jendela atau pintu, Jerry menjatuhkan berbagai benda berat mulai dari setrika, gada besi, penutup oven, gelas, piring, kaca, dan perabotan lainnya ke kepala Tom. Tom menggunakan segalanya mulai dari kapak, pistol, bom dinamit dan racun sebagai usahanya untuk membunuh Jerry, Jerry memanggang ekor Tom ke dalam panggangan roti, memasukkan ekor kucing itu ke dalam lubang listrik, menghantam wajah Tom dengan tongkat baseball, dan lainnya. Namun, disamping semua tindakan sadis ini, tidak ada darah atau hal-hal yang mengerikan tampil di dalam cerita mereka. Lelucon yang sering terulang dalam tindakan sadis ini adalah ketika Jerry memukul Tom ketika si kucing itu sedang melakukan sesuatu. Tom pada mulanya terlupa akan rasa sakit --- namun kemudian merasakannya beberapa saat kemudian!..........

Jerry : awas ya kalau masih berani ganggu aku,,,,!!!!
Tom  : Awwwwww,,,,,Tidaaaaakkkk!!!! Koq Jerry Jadi besar??? @_@

Jerry : TuuiiiiiiiNNNkkk......!!!Rasakan Tom,,,makanya jangan suka usili aku....ahahaa:D Tom   :hiiiieeeeekkkkkkkksssssss,,,,,aduh sakiiiitttttt,,,, :'(



 Jerry : 1.....2...3....Jepreeetttttttt,,,,,,Hmmmmm.....Rasakan pembalasanku,,,,,,
 Tom  : Tolooooonggggg,,,,,!!!!!!


Terry : fruuuuuutttttttttttt,,,,,,,,,,Fuiiiiiihhhhh ternyata berat juga tom,,,,Waduhh pipiku jadi gede....>,<
Tom  : aaaaaaaaaa,,,,,,,,

        Seri kartun ini juga terkenal dengan ketergantungannya pada berbagai klise, misalnya tubuh karakter yang menjadi hitam legam akibat suatu ledakan dan penggunaan gambar bayang-bayang yang diperbesar (seperti di episode "Dr. Jekyll and Mr. Mouse"). Kemiripan pada benda-benda dan kejadian-kejadian nyata bisa jadi adalah daya tarik utama dari humor visual seri kartun ini. Karakter-karakter Tom and Jerry biasa berubah menjadi bentuk-bentuk yang tidak masuk akal tapi sangat berkenaan dengan kejadian yang ada (kebanyakan dalam situasi terpaksa akibat dipukul atau lainnya) dalam gambaran yang tertutup tapi cukup mengerikan di dunia nyata. Musik berperan sangat penting dalam tiap episode, memberikan penekanan pada tindak-tanduk karakter, mengisi suara sound effects, dan membawa emosi ke dalam cerita. Pengarah musik Scott Bradley menciptakan karya musik yang rumit yang mengkombinasikan musik jazz, klasik dan pop untuk seri ini. Ia seringkali menggunakan lagu-lagu pop kontemporer dan lagu-lagu dari film-film MGM seperti "The Wizard of Oz" dan "Meet Me In St. Louis".



Rabu, 13 April 2011

PANAS PELARUT


PANAS PELARUTAN
A.    TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
  1. Menentukan panas pelarutan
  2. Menggunakan hukum Hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.

B.     LANDASAN TEORI
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis panas pelarutan suatu senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga, tetapi dalam prakteknya pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut (Ahmad, 2008).
Kita dapat menggabungkan entalpi stndar reaksi-reaksi individual untuk memperoleh entalpi reaksi lain. Penerapan Hukum Pertama itu disebut Hukum Hess:“Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individualyang merupakan bagian dari suatu reaksi”. Tahap-tahap individua ltidak perlu direalisasikan dalam praktik-bisa saja hanya reaksi-reaksi hipotesis,satu-satunya reaksi syarat adalah reaksi-reaksi itu harus seimbang. Dasar termodinamika hukum ini adalah nilai AHo tidak bergantung pada jalannya, dan pengertian bahwa kita dapat mereaksikan reaktan tertentu melalui berbagai reaksi(yang mungkin hipotesis)menghasilkan produk tertentu, dan secara keseluruhan memperoleh perubahan entalpi yang sama (Atkins,1999).
Energi terma adalah energi yang berkaitan dengan pergerakkan atom-atom dan molekul-molekul. Kajian mengenai perubahan suhu disebut termokimia. Sistem adalah bagian spesifik yang menjadi pusat perhatian kita untuk diamati, sedang lingkungan adalah bagian yang berada diluar sistem. Suatu proses yang membebaskan energi dari sistem ke lingkungan disebut proses endoderm. Suatu proses dimana sistem menyerap panas dari lingkungan ke sistem disebut proses eksoterm. Energi terma ini berkaitan erat dengan entalpi. Konsep entalpi digunakan untuk mengukur aliran energi ke dalam atau keluar dari sistem. H positif atau H > 0  untuk proses endoderm, H negatif atau H < 0 untuk proses eksoterm  (http://ms.wikipedia.org/wiki_entalpi).
Paduan aluminium AA2024 merupakan paduan aluminium yang mempunyai unsur paduan utama tembaga (Cu). Untuk memperbaiki sifat mekanik dan kimianya perlu diberikan perlakuan panas. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh perlakuan panas pelarutan T351 pada perilaku korosi paduan aluminium AA2024 dalam larutan 0.05 M NaCl. Hasil pengujian nilai kekerasan AA2024 mengalami penurunan sebesar 9.50%, 17.70%, 17.75% terhadap bahan awal tanpa pemanasan pelarutan berturut-turut untuk waktu penahanan 2 jam, 4 jam, dan 6 jam. Laju korosi AA2024 pada keadaan awal sebesar 1.936mm/tahun, setelah pemanasan pelarutan 2 jam, 4 jam, dan 6 jam laju korosinya berturut-turut sebesar 1.932 mm/tahun, 1.864 mm/tahun, dan 1.807 mm/tahun. Hasil pencitraan dengan SEM dan analisis EDX menunjukkan bahwa fasa intermetalik yang muncul pada AA2024 didominasi oleh fasa Al(Cu,Fe,Mn) dan Al(Cu,Mg). Jenis korosi yang terjadi termasuk dalam kategori  korosi intergranuler dan analisis EDX menunjukkan bahwa fasa intermetalik yang muncul pada AA2024 didominasi oleh fasa Al(Cu,Fe,Mn) dan Al(Cu,Mg). Jenis korosi yang terjadi termasuk dalam kategori korosi intergranuler (Muhaimin, 2008).
            Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari
bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Pemisahan air dari bahan padat dapat dilakukan dengan memeras zat tersebut secara mekanik sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, atau dengan pengauapan termal. Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat. Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam bentuk serpih (flake), bijian (granule), kristal (crystal), serbuk (powder), lempeng (slab), atau lembaran sinambung (continous sheet) dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain (http://digilib.brawijaya.ac.id).
 Kalor reaksi ditentukan dengan jalan mengukur banyaknya seluruh energi yang diserap oleh lingkungannya. Kalor yang diserap oleh air adalah hasil kali massa, kalor jenis, dan kenaikan suhu air. Kerja yang terjadi karena turunnya beban, mengakibatkan kenaikan energi-dalam dari air atau larutan lain yang digunakan, dan sebagai hasilnya terdapat peningkatan suhu cairan. Pada percobaan lain yang terpisah kenaikan suhu yang sama dihasilkan oleh perpindahan energi melalui kalor jumlah joule kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu yang yang diberikan ternyata kurang lebih 4,15 kali lebih besar dari jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu yang sama(Petrucci, 1987).

C.    ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1.      Alat
*        Kalorimeter
*        Termometer 0-100oC
*        Gelas ukur 100 ml
*        Stopwatch
*        Desikator
*        Cawan poselen
*        Elektromantel
*        Gegep
*        Batang pengaduk
2.      Bahan
*        Aquades
*        Kristal CuSO4.5H2O



                         
D.     PROSEDUR KERJA
1.      Untuk CuSO4.5H2O
100 ml air
 
                                                          
- dimasukkan dalam kalorimeter yang telah diketahui tetapannya
 
 
                             



100 ml air dalam kalorimeter
 
 


 















2.      Untuk CuSO4 (anhidrat)














 















E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan
Waktu (menit)
Penambahan CuSO4.5H2O(oC)
Penambahan CuSO4 anhidrat (oC)
0
30
29
0,5
31
30
1
31
30
1,5
31
30
2
31
30
2,5
31
30
3
31
30
3,5
31
30

Penambahan
Penambahan
4
30
31
4,5
31
32
5
31
32

2. Q1                = -555,949 J
   Q2               = -1667,7642 J
   Hreaksi total  =  - 71,0451 kJ/mol

3. Grafik
a. Grafik hubungan suhu dan waktu pada penambahan CuSO4.5H2O










b. Grafik hubungan suhu dan waktu pada penambahan CuSO4













E.     PEMBAHASAN
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut.
Dalam percobaan panas pelarutan ini akan dicari panas pelarutan dari CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat. Biasanya panas pelarutan sulit untuk ditentukan tetapi dengan menggunakan hukum Hess dalam reaksi dapat dihitung secara tidak langsung. Dalam percobaan ini digunakan pelarut air yang dimana air mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air. Salah satu penyebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik adalah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion-ion itu dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrik yang dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah  suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan molekul mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan listrik yang terdapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat disekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik-menarik muatan yang berlawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan dielektrik besar.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya. Oleh karena itu hukum hess juga disebut hukum penjumlahan kalor. Dalam kalor reaksi dikenal dua reaksi yaitu reaksi eksoterm merupakan reaksi yang melapaskan kalor dari sistem kelingkungan dan reaksi endoterm dimana reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan kesistem. Dalam praktikum ini yang menjadi sistem adalah larutan air dengan CuSO4.5H2O atau dengan CuSO4 anhidrat sedangkan yang menjadi lingkungannya adalah kalorimeter.
Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4.5H2O setelah air dalam kalorimeter suhunya telah konstan maka serbuk  CuSO4.5H2O yang telah ditimbang dimasukkan kedalam kalorimeter dan tepat pada saat itu juga suhunya diukur ternyata suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan, hal ini dapat dilihat pada grafik hubungan suhu dan waktu untuk CuSO4.5H2O.
Suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan karena disini sistem melepaskan kalor kelingkungan sehingga suhunya turun. Turunnya suhu air dalam kalorimeter dikarenakan karena pada serbuk CuSO4.5H2O telah mengandung air sehingga pada saat dilarutkan kedalam air terjadi interaksi antara keduanya yang menyebabkan suhu larutan menjadi turun.
Pengamatan yang kedua yaitu pada CuSO4 anhidrat. Setelah CuSO4.5H2O ditimbang kemudian CuSO4.5H2O ini dipanaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar air hidrat yang terdapat dalam CuSO4.5H2O ini hilang yang mengahasilkan CuSO4 anhidt. Setelah itu CuSO4 ini dimasukkan kedalam desikator agar suhunya dingin dan juga menghindarkannya agar tidak terkontaminasi dengan udara luar. Setelah suhu air dalam desikator konstan maka serbuk CuSO4 anhidrat ini dimasukkan kedalamnya dan pada saat dimasukkan saat itu juga suhunya diukur ternyata suhu air mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan seperti yang diperlihatkan dalam grafik di atas.
Suhu air mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan karena disini sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga suhu mengalami kenaikan. Naiknya suhu larutan ini disebabkan karena pada CuSO4 anhidrat tidak mengandung air seperti pada CuSO4.5H2O sehingga pada saat CuSO4 anhidrat dimasukkan antara air dan CuSO4 anhidrat mengalami tarik menarik yang mengakibatkan naiknya suhu dari larutan. Adapun perbedaan anatara CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada CuSO4 anhidrat tidak.
Sesuai dengan hukum Hess bahwa hukum hess juga dikenal dengan hukum penjumlahan kalor maka setelah diketahui kalor pada reaksi pertama dan kedua maka anatara kedua kalor tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah molnya sehingga diketahui ΔHnya adalah sebesar - 71,0451 kJ/mol.

F.     KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :
1. Panas pelarutan CuSO4.5H2O adalah -555,949 J  dan panas pelarutan CuSO4 adalah -1667,7642 J.
2. Hukum Hess juga dikenal sebagai hukum  penjumlahan kalor sehingga hukum  Hess dapat digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.












DAFTAR PUSTAKA
http://ms.wikipedia.org/wiki_entalpi. Diakses Tanggal 25 Oktober 2010.       

http://digilib.brawijaya.ac.id. Diakses Tanggal 25 Oktober 2010.
http://digilib.brawijaya.ac.id. Diakses Tanggal 25 Oktober 2010.
Atkins, P.W, 1999. Kimia Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, 1987. Kimia Dasar Jilid I. Erlangga. Jakarta.












                              
     







LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
PANAS PELARUTAN
PERCOBAAN VII




      
OLEH :


NAMA                     : SIAMI
NIM                         : F1C1 09 029
KELOMPOK          : II (DUA)
ASISTEN                : LD. KHARIS JUDI




PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010

PENGARUH pH PADA LAJU REAKSI


PENGARUH pH PADA LAJU REAKSI
A.    Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukaN laju reaksi antara asam formiat dan kalium permanganat.


B.     Landasan Teori
Laju (kecepatan) menyatakan sesuatu yang terjadi persatuan waktu, misalnya perdetik, permenit, dan lain-lain. Yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi. Perubahan ini sebagian besar dinyatkan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi untuk laju reaksi hipotetik :
A   +   3B                2C   +   2D
dapat diartikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A. Dengan demikian diperoleh satuan laju reaksi misalnya mol L-1 deitik-1 (mol per liter per detik).
Laju reaksi di atas dapat pula dijelaskan berdasarkan menghilangnya B atau pembentukan C atau D, tetapi ada sebuah masalah : laju tersebut tidak sama dengan laju menghilangnya A. Dari koefisien persamaan reaksi terlihat bahwa 3 mol B dikonsumsi untuk setiap mol A  Jadi, B menghilang dengan kecepatan tiga kali menghilangnya A, atau dapat pula dikatakan laju menghilangnya B adalah 3 kali laju menghilangnya A (Petrucci, 1987).
Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan mekanisme terjadinya reaksi. Mekanisme adalah serangkaian reaksi-reaksi sederhana yang menerangkan reaksi keseluruhan. Untuk mengetahui mekanisme suatu reaksi, dipelajari perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pereaksi, hasil reaksi dan katalis. Keterangan yang penting dapat pula diperoleh dari studi tentang suhu, tekanan, pelarut, konsentrasi elektrolit atau komposisi isotopik terhadap laju reaksi (Sukardjo, 1986).
Laju reaksi terukur sering kali sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya mungkin saja laju itu sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A dan B sehingga v = k [A] [B]. koefisien k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi bergantung pada tempratur). Persamaan sejenis ini yang ditentukan secara eksperimen, disebut hukum laju reaksi. Secara formal hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi v sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produknya.
Hukum laju mempunyai dua penerapan utama. Penerapan praktisnya; setelah kita mengatahui hukum laju, kita dapat meramalkan laju reaksi dari komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah hukum laju merupakan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme yang diajukan harus konsisten dengan hukum laju yang diamati (Atkins, 1999:335).
Kalium permanganate merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Paro reaksinya sebagai berikut: MnO4- + 5e + 8H+       Mn2+ + 4H2O. reaksi ini tidak berbolak-balik. Seperti telah dibahas terdahulu, potensial elektrodanya sangat tergantung pada pH. Karena itu titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat. Meskipun demikian kalium permanganate juga merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam lingkungan seperti ini ion permanganate tereduksi menjadi mangan bervalensi empat. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah mudah yang disebabkan oleh kelebihan permanganate (Rivai, 1995:362).
Persoalan utama pada komputasi laju reaksi adalah mendapatkan metode pengukuran yang praktis, cepat dan akurat. Peningkatan sasaran ketepatan pengukuran laju reaksi dalam dosimetri reaktor menjadi topik yang terus menerus diperbaiki. Bila laju reaksi dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi, maka maka besaran-besaran integral lainnya antara lain fluks, fluensi spektrum neutron dan pergeseran per atom yang menjadi indikator kerusakan material serta unjuk kerja material uji, dapat ditentukan dengan lebih teliti. Hasil ini akan berdampak pada keakuratan pada prediksi keselamatan reaktor, unjuk kerja komponen, kandalan komponen dan sebagainya. Berbagai teknik dikembangkan untuk mempertajam sasaran ketelitian pengukuran. Greenwood telah sejak lama berupaya meningkatkan ketelitian pengukuran laju reaksi dengan menggunakan material detektor tak dapat belah (non fission) (Santa, 2009).
pH adalah suatu ukuran keasaman suatu air (larutan). Pengertian pH dalam aplikasinya berbeda-beda. Di dalam sistem yang sering digunakan ( NBS sistem, NBS = National Bureau of Standards), pH digambarkan dalam persamaan pH = - log aH, dimana aH adalah aktivitas ion hidrogen dalam suatu larutan. Laju reaksi dalam larutan berair sangat mudah dipengaruhi oleh adanya pH sebagai akibat adanya proses katalisis. Untuk mengetahui pengaruh pH maka faktor-faktor lainnya yang berpengaruh seperti suhu, kekuatan ionik dan komposisi pelarut harus dibuat tetap (Arisandi, 2008)

C.    Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1.      Alat
-          Spektrofotometer 20 D
-          Labu Takar 50 mL 
-          Pipet ukur 10 mL
-          Filler
-          Pipet tetes
-          Kuvet
-          Stopwatch
-          Gelas kimia
2.      Bahan
-          Larutan KMnO4 0,03 N
-          Larutan HCOOH 0,01 M
-          Larutan buffer pH 4
-          Larutan H2SO4 10%
-          Larutan H2SO4 1 M
-          Akuades
D.    Prosedur Kerja
KMnO4 0,03 N
 
1.   Penentuan Panjang Gelombang Maksimum () KMnO4 0,03 N
                

-    dimasukkan dalam kuvet
-    diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 400 nm sampai 600 nm dengan interval 25 nm
-    ditentukan panjang gelombang maksimumnya ()

 = 550 nm
40 mL Buffer pH 4
 
2.   Penentuan Tetapan Laju Reaksi (k)


 
-   dimasukkan dalam labu takar 50 mL
-       ditambahkan 4 mL larutan HCOOH 0,01 M
-       ditambahkan 0,5 mL larutan KMnO4 0,03 N
-       diencerkan dengan akuades sampai tanda tera kemudian dikocok
-       dimasukkan dalam kuvet
-       diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada  550 nm selama 15 menit dengan interval 3 menit
-       ditentukan nilai k
-       diulangi langkah di atas dengan mengganti larutan buffer pH 4 dengan H2SO4 10%, dan H2SO4 1 M
-       diukur pH masing-masing larutan dengan menggunakan kertas pH

Buffer pH 4, k = -0,256
H2SO4 10%, k = -0,049
H2SO4 1 M, k = -0,014
E.     Data Pengamatan
1.   Penentuan Panjang Gelombang Maksimum () KMnO4 0,01 N
Panjang Gelombang (nm)
Absorbansi
400
425
450
475
500
525
550
575
600
1,389
0,027
0,359
0,952
2,695
0,482
2,817
0,787
0,292
 = 550 nm
2.   Penentuan Tetapan Laju Reaksi (k)
Medium
Absorbansi
pH
3’
6’
9’
12’
15’
Buffer
H2SO4 10%
H2SO4 1 M
0,021
0,046
0,081
0,005
0,046
0,076
0,001
0,035
0,070
0,001
0,028
0,069
0,001
0,028
0,068
4
0
1

Medium
ln A
pH
3’
6’
9’
12’
15’
Buffer
H2SO4 10%
H2SO4 1 M
-3,863
-3,079
-2,513
-5,298
-3,079
-2,577
-6,907
-3,352
-2,659
-6,907
-3,575
-2,673
-6,907
-3,575
-2,688
4
0
1



Grafik
  1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum () KMnO4 0,01 N
 = 550 nm
  1. Buffer pH 4

Dari Grafik diperoleh persamaan regresi linier :
y = ax + b
y = -0,256x - 3,667
Persamaan ini identik dengan persamaan laju reaksi :
V = k [A] + C
Sehingga nilai k = a = -0,256
3.      H2SO4 10%
Dari Grafik diperoleh persamaan regresi linier :
y = ax + b
y = -0,049x - 2,885
Persamaan ini identik dengan persamaan laju reaksi :
V = k [A] + C
Sehingga nilai k = a = -0,049

  1. H2SO4 1 M

Dari Grafik diperoleh persamaan regresi linier :
y = ax + b
y = -0,014x - 2,488
Persamaan ini identik dengan persamaan laju reaksi :
V = k [A] + C
Sehingga nilai k = a = -0,014

5.      Grafik Hubungan pH terhadap k
Buffer pH 4, k = -0,256
H2SO4 10%, k = -0,049
H2SO4 1 M, k = -0,014

F. Pembahasan
Tingkat reaksi merupakan bilangan yang menyatakan jumlah pangkat dari konsentrasi pereaksi pada persamaan laju bentuk diferensial. Tingkat reaksi suatu reaksi kimia diperoleh dari hasil percobaan. Berdasarkan perubahan konsentrasi dari pereaksi-pereaksi, dapat dilakukan analisis secara teori tentang beberapa alternatif mekanisme reaksi yang terjadi. Dari informasi yang berkaitan dengan mekanisme reaksi ini kemudian diramalkan pereaksi-pereaksi yang aktif menentukan laju reaksi, sehingga dapat ditentukan tingkat reaksinya.
Keberadaan suatu reaksi kimia dapat dipandang dari sudut pandang termodinamika dan kinetika. Dalam termodinamika dapat diramalkan apakah suatu reaksi dapat berlangsung atau tidak. Sedangkan kinetika mempermasalahkan kecepatan suatu reaksi dan mekanismenya. Dalam percobaan ini akan dititik beratkan pada kinetika reaksi yang mempelajari laju dari suatu reaksi.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kinsentrasi pereaksi, tempratur, tekanan, katalis, pH serta intensitas dan panjang gelombang. Dalam percobaan ini akan ditentukan laju reaksi antara asam formiat dan kalium permanganate. Dari penentuan laju reaksi ini akan diperlihatkan akan adanya pengaruh suasana asam dalam suatu laju reaksi. Suasana asam ini adakalanya menjadikan warna larutan berubah pada suatu interval pH tertentu. Dibawah pH tertentu warna larutan akan berbeda dengan warna larutan diatas pH tertentu.
Suatu persamaan yang memberikan hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi pereaksi disebut sebagai persamaan laju atau hukum laju. Dalam hukum laju dikenal istilah konstanta laju (k), yang merupakan laju reaksi bila konsentrasi dari masing-masing jenis adalah satu. Satuan konstanta laju tergantung pada orde (tingkat) reaksi.
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap laju reaksi oksidasi asam formiat (HCOOH) oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Dalam menentukan laju reaksi didasarkan pada pengamatan terhadap nilai absorbansi pada berbagai macam pH. Sebelum itu terlebih dahulu dilakukan penentuan terhadap panjang gelombang maksimum dari KMnO4 0,03 N.
Dalam berbagai reaksi kimia kadang berlangsung sangat cepat dan terkadang sangat lambat. Sehingga dibutuhkan zat yang dapat mengontrol hal tersebut dengan jalan dapat memperlambat atau mempercepat reaksi. Dan salah satu yang dapat mengontrol laju suatu reaksi adalah dengan penambahan basa atau asam. Pengaruh ion hidronium (H) atau ion hidroksida (OH) pada laju reaksi dapat diamati dengan mengukur pH larutan.
Pada percobaan ini, asam formiat direaksikan dengan kalium permanganat dalam berbagai pH. Pada prinsipnya ketika mempelajari laju reaksi antara asam formiat dan kalium permanganate, akan terjadi suatu reaksi reduksi oksidasi. Reaksi ini akan melibatkan transfer electron diantara kedua larutan tersebut. Ion permanganate merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi asam formiat. Untuk memvariasikan pH reaksi, maka dilakukan penambahan larutan asam dengan pH yang berbeda-beda, yakni larutan buffer pH 4, larutan H2SO4 1 M pH 2,52, dan larutan H2SO4 10% pH 2,44. Setelah dilakukan penambahan larutan asam maka dilakukan pengukuran terhadap absorbansinya pada panjang gelombang 475 nm. Pengukuran dilakukan selama 15 menit untuk setiap larutan dengan selang waktu 3 menit, kemudian dibuat grafik hubungan ln A dengan waktu untuk setiap larutan. Berdasarkan grafik tersebut diperoleh nilai konstanta laju k masing-masing reaksi. Dimana nilai k untuk reaksi dengan penambahan larutan buffer pH 4, larutan H2SO4 10 %, larutan H2SO4 1 M, masing-masing adalah -0,256, -0,049 dan -0,014.
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa semakin lama reaksi berjalan, maka partikel-partikel pereaksi akan semakin berkurang. Hal tersebut terlihat pada nilai absorbansi dari masing-masing larutan semakin berkurang seiring dengan semakin lamanya waktu. Sehingga data praktikum yang diperoleh telah sejalan dengan teori. Hal ini disebabkan karena ion permanganate  akan tereduksi menjadi mangan oksida sehingga warna ungu larutan makin lama makin memudar. Pengukuran absorbansi ini dilakukan dengan alat spektronik-20. prinsip dari alat ini adalah pengukuran absorbansi yang didasarkan pada pektrum warna larutan, sehingga apabila warna lrutan semakin memudar maka aborbansinya akan semakin rendah.
Dari data tersebut diketahui bahwa reaksi yang berlangsung dalam keadaan pH yang semakin rendah memiliki nilai k yang makin besar. Hal ini sejalan dengan teori dimana makin rendah pH (semakin asam), maka laju reaksi akan makin cepat, yang ditandai dengan nilai k yang makin tinggi. Peristiwa ini disebabkan oleh adanya ion H akan mempercepat laju reaksi. Makin banyak ion H dalam reaksi, maka laju reaksi akan makin cepat. Konsentrasi ion H berbanding terbalik dengan pH larutan, dimana makin tinggi pH larutan, maka konsentrasi ion H akan semakin rendah.


G.  Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa laju reaksi bergantung pada pH, dimana makin rendah pH maka laju reaksi akan makin cepat. Nilai konstanta laju k untuk penambahan larutan buffer pH 4, larutan H2SO4 10 %, dan larutan H2SO4 1 M masing-masing adalah -0,256, -0,049 dan  -0,014.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1999. Kimia Fisika Edisi kedua. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph. H., 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta.
Sukardjo. 1986. Kimia Fisika. PT Bina Aksara. Yogyakarta.
Sigit A. Santa, 2009.,”Komputasi Laju Reaksi Material Dosimeter Pada Medan Radiasi Neutron” Vol. 11 No. 1, Peneliti Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – Batan.

Widya Sari Arisandi, 2008.,”Pengaruh pH Terhadap Stabilitas Sirup Parasetamol” Jurusan Ilmu Farmasi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.      













LAPORAN  PRAKTIKUM  KIMIA FISIKA II
PERCOBAAN  V
PENGARUH pH PADA LAJU REAKSI







OLEH :



            NAMA                 : SIAMI
            STAMBUK         : F1C1 09 029
            KELOMPOK      : II (DUA)
            ASISTEN            : WAHAB



LABORATORIUMKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011